Suara dari Balik Jendela

Aku meregangkan otot-ototku yang kaku. Entah sudah berapa lama aku berada di meja belajar, menyelesaikan tugas kuliah yang akan dikumpulkan pagi nanti. Jam akan menunjukkan pukul 2 malam. Akan tetapi, masih ada berkas-berkas yang harus kuperbaiki. Dengan mata yang setengah berkunang-kunang, aku terus membaca laporan yang telah dibuat temanku. Entah mengapa rasanya badanku menjadi gerah. Melirik ke arah kipas angin yang tidak jauh dari sebelahku, ternyata mati. Seingatku, aku belum ada menyentuh kipas angin sejak aku mulai menghidupkannya.

Kipas angin kembali berputar seusai aku memutar ke angka 2. Sementara aku kembali ke bangkuku untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Hening kembali menyelimuti kamarku. Hanya suara kipas anginlah yang menjadi backsound hari ini. Sepertinya aku harus mengubah cara belajarku agar tidak terus-terusan belajar hingga larut malam. Bahkan suara gemuruh juga terdengar dari perutku. Kucoba abaikan, terlalu malas rasanya untuk bergerak ke dapur.

Tak lama kemudian, badanku reflek terlonjak kaget saat mendengar sebuah buku yang terjatuh dari arah lemari di belakangku. Aku menghela nafas. Kupikir ada apa. Sepertinya anginnya terlalu kencang, pikirku. Rasa malasku terus-terusan bangkit. Dan pada akhirnya aku menyerah akan tugasku, dan bergegas untuk tidur.

Hampir saja menuju ke alam mimpi, aku kembali dikagetkan dengan suara bising dari balik jendela kamarku. Mataku terbelalak, seolah-olah ingin melompat keluar. Aku tidak tau suara bising apa itu, dan aku juga tidak berniat untuk membalikkan badan hanya untuk mengecek apa yang terjadi di luar sana. Aku memang sudah kedinginan akibat kipas angin. Dengan adanya suara tadi menambah kebekuan malam ini.

Suara bising itu kembali terganti dengan suara goresan yang beradu dengan kaca. Jantungku berpacu dengan cepat. Suaranya tidak sekuat tadi, tapi dari keheningan malam ini seketika pendengaranku mendadak menjadi tajam. Mau tidak mau aku beringsut mundur. Pelan-pelan mengintip dari balik gorden jendela. Helaan nafas keluar dari mulutku. Ternyata hanya kucing berbulu hitam.

Aku kembali merebahkan badan ke kasur. Seluruh badanku rasanya remuk. Besok tidak akan ada lagi mengerjakan tugas hingga selarut ini.  Aku memejamkan mata dengan tenang. Mengabaikan semua kejadian yang baru saja terjadi. Termasuk fakta bahwa aku tidak sendirian di dalam kamar ini.

Comments