[Review Novel] Until The End Of Time - Mya Ye




Judul : Until the End of Time
Penulis : Mya Ye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2017
Jumlah Halaman : 292 halaman
ISBN : 9786020379104

—BLURB—

Carmelin seorang gadis yang cerdas, mandiri, dan sangat mencintai pekerjaanya. Demi kariernya yang sedang menanjak pesat, ia tidak segan-segan bekerja sangat keras.
Carmelin juga seorang gadis yang berpikiran modern, yang selalu merasa bahwa wanita bisa sama hebatnya, atau bahkan lebih hebat dari pria. Dan ia sudah membuktikannya.
Hidupnya yang selama ini berjalan mulus dan selalu berada di atas angin mulai jungkir balik ketika kekasihnya, Michael, melamarnya. Bukan hanya itu. Michael juga meminta Carmelin berhenti dari pekerjaannya dan menjadi ibu rumah tangga.

Demi kariernya, Carmelin memilih memutuskan hubungan dengan Michael. Namun, yang tidak pernah diduganya, sejak itu hidupnya tidak pernah lagi sama....



Terkadang, kisah cinta yang sudah ditata rapi itu tidak berakhir dengan indah pula, kan? Tapi, apakah pilihan Carmelin adalah pilihan yang terbaik?
Anak muda zaman sekarang! Menjadikan sesuatu yang seharusnya sederhana malah begitu rumit. - [hlm. 92]
Sebagaimana yang sudah tertera di blurb, Carmelin adalah seorang wanita karir yang cerdas, mandiri, dan mencintai pekerjaannya. Ia terlahir dari keluarga yang 'berada'. Meskipun begitu, dia adalah gadis yang plinplan/labil dan terkesan egois.

Michael, kekasih Carmelin, seorang pengusaha yang cukup sukses, tipikal orang yang mengatur sesuatu dengan perencanaan. Namun, sama seperti Carmelin, ia cukup egois, dan juga kurang peka terhadap kemauan wanita.

Selain itu, ada pula Marry, sahabat Carmelin sejak SD. Sama seperti Carmelin, ia juga seorang wanita karir. Lalu, ada juga sepupunya Marry, bernama David yang akrab disapa Da Wei. Seorang karyawan biasa, pria sederhana, supel dan memiliki perasaan terhadap Carmelin. Tetapi, dia selalu minder jika memikirkan statusnya dengan Carmelin.

Selain mereka, ada pula beberapa karakter yang turut meramaikan isi cerita, seperti Emak Giok, omanya Carmelin.
Melissa, teman SMA Carmelin yang bekerja sebagai psikologi, dan lainnya.
Jadi dipaksakan bagaimana pun, kalau tidak berjodoh, tidak akan berhasil. Mereka akan selalu menemui jalan buntu. - [hlm. 250]
Novel ini beralurkan maju. Dimulai dari perdebatan antara seorang wanita bernama Carmelin dan kekasihnya, Michael yang mau tidak mau harus berakhir dengan kata putus.

Lalu, selesai begitu sajakah ceritanya? Tentu tidak, dong. Carmelin di sini sepertinya sedang mencari jati dirinya. Apa yang ia inginkan, apa yang sebenarnya ia rasakan. Maka dari itu, ia sibuk bertanya dengan orang-orang terdekatnya, apakah pilihan yang sudah diambil Carmelin adalah pilihan yang tepat.

Demi melupakan Michael, ia pun mengambil cuti dan terbang ke Hongkong, bertemu dengan sahabatnya sejak kecil, Melissa. Selain itu, dia juga berkenalan dengan David, sepupunya Melissa.

Seiring perkenalan mereka, David pun membubuhkan perasaannya kepada Carmelin. Lalu, apakah Carmelin siap membuka hati yang baru? Dan bagaimanakah nasib Michael?


Pada novel ini, aku suka bagaimana Kak Mya Ye bercerita. Meskipun menggunakan bahasa baku, tapi pembawaan dan diksinya pun termasuk ringan dengan konflik yang cukup berat. Bercerita tentang seorang wanita yang dilema antara karir, cita-cita, dan cinta. Masing-masing pilihan tersebut sangat berisiko, kan? Harus ada yang direlakan. Lalu, apa yang akan dilakukan Carmelin? Semuanya dijelaskan dalam novel ini. Tentu aku tidak akan spoiler, dong.
"Kita dulu pernah terlibat hubungan baik. Jadi akan lebih baik jika sekarang pun kita tetap berteman baik." [hlm. 260]
Pertama kali beli novel ini, aku langsung terpikat dengan covernya. Simpel. Dominan dengan warna putih, warna kesukaanku, haha. Terutama dengan blurb yang menceritakan tentang seorang wanita karir yang dilema tentang karir atau cinta. Meskipun ini bukan pertama kali aku baca cerita dengan konflik yang seperti ini, aku selalu penasaran terhadap karakter-karakternya, apa yang akan mereka lakukan jika berada dalam fase tersebut.

Bahasa yang digunakan penulis pun cukup ringan meskipun menggunakan bahasa baku pada bagian narasi. Tidak terlalu menggunakan kata-kata puitis atau semacamnya. Hanya saja, aku sedikit kecewa dengan karakter-karakter yang dibuat labil. Tidak sesuai dengan ekspetasiku awalnya. Atau bisa saja penulis memang sengaja untuk membuat pembaca kesal, haha.

Tapi, keseluruhan cerita sudah sangat bagus. Banyak hal yang dihadirkan dalam cerita ini. Seperti tradisi keluarga tokoh yang berbeda. Begitu pun pesan-pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh penulis.


Rate : 3/5

p.s: Review ini sudah pernah kupublish di akun instagramku. Kalian bisa cek di @aciacika to see more review. :)

Comments